Kepala Mandiri Institute, Andre Simangunsong, mengungkapkan optimisme mengenai pertumbuhan pembiayaan hijau di Indonesia, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, ia menyatakan bahwa kebutuhan untuk pembiayaan berkelanjutan akan terus meningkat menjelang tahun 2026. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dan sektor swasta untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang ramah lingkungan.
Permintaan Pembiayaan Hijau Meningkat
Dalam beberapa tahun terakhir, pembiayaan hijau, yang mencakup pinjaman untuk proyek-proyek yang mendukung keberlanjutan lingkungan, telah mendapatkan perhatian lebih dari para pelaku industri. Menurut data yang dihimpun oleh Mandiri Institute, permintaan untuk green loan diperkirakan akan terus meningkat, sejalan dengan tren global yang mengarah pada pengurangan emisi karbon dan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan.
“Pembiayaan hijau bukan hanya sekadar tren, tetapi sebuah keharusan untuk memastikan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang,” ungkap Simangunsong. Ia juga menambahkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga keuangan sangat penting untuk mendorong pertumbuhan pembiayaan ini.
Peran Pemerintah Dalam Mendorong Pembiayaan Berkelanjutan
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai kebijakan untuk mendukung pengembangan ekonomi berkelanjutan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pemerintah menargetkan untuk meningkatkan investasi dalam sektor energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan pertanian berkelanjutan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investor untuk terlibat dalam proyek-proyek yang mendukung keberlanjutan.
“Pemerintah memiliki peran kunci dalam menciptakan lingkungan yang mendukung investasi hijau. Kebijakan yang jelas dan insentif bagi perusahaan yang berkomitmen pada keberlanjutan akan sangat membantu dalam mempercepat pertumbuhan sektor ini,” jelas Simangunsong.
Tantangan Dalam Pembiayaan Hijau
Meskipun potensi pertumbuhan pembiayaan hijau sangat besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah kurangnya pemahaman tentang pembiayaan hijau di kalangan pelaku usaha, terutama di sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Banyak pemilik UKM yang belum sepenuhnya memahami manfaat dan cara mengakses pembiayaan hijau.
“Edukasi dan sosialisasi tentang pembiayaan hijau sangat penting. Jika pelaku usaha tidak memahami apa itu green loan, mereka tidak akan pernah memanfaatkannya,” kata Simangunsong. Dalam hal ini, Mandiri Institute berkomitmen untuk memberikan pelatihan dan informasi yang diperlukan agar lebih banyak pelaku usaha yang dapat memanfaatkan pembiayaan hijau.
Tren Global Dan Dampaknya Terhadap Indonesia
Tren global menuju keberlanjutan tidak dapat diabaikan. Banyak negara di dunia telah mengambil langkah konkret untuk mengurangi jejak karbon, dan Indonesia tidak ingin ketinggalan. Dengan menjadi bagian dari inisiatif global, seperti Paris Agreement, Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan.
“Setiap negara memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim. Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin dalam pembiayaan hijau di Asia Tenggara,” tegas Simangunsong. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menarik investasi asing dalam proyek-proyek hijau, yang pada gilirannya akan memperkuat perekonomian domestik.
Mendorong Inovasi Dalam Pembiayaan Hijau
Inovasi dalam produk dan layanan keuangan juga menjadi salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan pembiayaan hijau. Lembaga keuangan perlu menciptakan produk yang lebih fleksibel dan mudah diakses oleh para pelaku usaha, terutama UKM. Hal ini termasuk pengembangan teknologi finansial (fintech) yang dapat mempermudah akses ke pembiayaan hijau.
“Di era digital ini, kita perlu memanfaatkan teknologi untuk mempercepat akses pembiayaan hijau. Dengan adanya fintech, proses pengajuan dan pencairan dana bisa lebih cepat dan efisien,” ungkap Simangunsong. Ia percaya bahwa inovasi ini akan membuka peluang baru bagi para pelaku usaha untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang berkelanjutan.
Kesadaran Masyarakat Akan Lingkungan
Selain peran pemerintah dan lembaga keuangan, kesadaran masyarakat akan pentingnya keberlanjutan juga berkontribusi terhadap pertumbuhan pembiayaan hijau. Masyarakat kini semakin sadar akan dampak negatif dari perubahan iklim dan lebih memilih produk serta layanan yang ramah lingkungan. Hal ini mendorong perusahaan untuk berinvestasi dalam praktik bisnis yang lebih berkelanjutan.
“Kesadaran masyarakat adalah kunci. Jika konsumen mulai memilih produk yang ramah lingkungan, perusahaan akan lebih terdorong untuk berinovasi dan mengadopsi praktik bisnis yang berkelanjutan,” jelas Simangunsong. Dengan meningkatnya permintaan dari konsumen, perusahaan akan semakin terdorong untuk mengajukan pembiayaan hijau untuk proyek-proyek yang mendukung keberlanjutan.
Kesimpulan
Menyongsong tahun 2026, Mandiri Institute optimis bahwa pembiayaan hijau akan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan keberlanjutan. Dengan dukungan dari pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam pembiayaan hijau di kawasan Asia Tenggara. Namun, tantangan seperti kurangnya pemahaman dan edukasi tentang pembiayaan hijau harus segera diatasi agar seluruh pelaku usaha dapat memanfaatkan peluang ini.

